Warga Landak Peduli Kasus SETIA

17.34 Diposting oleh HERI IRAWAN
NGABANG- Kesalahpahaman antara mahasiswa penghuni asrama Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) milik Yayasan Bina Setia dengan warga Kampung Pulo, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Jumat (25/7). Mengakibatkan beberapa mahasiswa mengalami cedera, dan harus mendapat perawatan intensi di rumah sakit. Akibat dari penyerangan ini, dua asrama mengalami kerusakan parah. Suasana tegang di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur memang sudah mereda setelah ribuan mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) dievakuasi.
Dampak dari peristiwan ini, ternyata sangat besar, terbukti diderah Kalimantan, khususnya Ngabang Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Puluhan warga yang mengatasnamakan dirinyan warga Kabupaten Landak, Senin (28/7), kemarin mendatanggi gedung DPRD Kabupaten Landak, dengan mengunakan dua buah kendaraan roda empat, ditambah puluhan kendaraan roda dua. Sambil memakai ikat kepala merah, dan membawa beberapa tulisan di kertas karton, menyatakan meminta kepada pihak aparat keamanan sikap tegas dan mengadili para pelaku anarkis di asrama Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar (SETIA) milik Yayasan Bina Jakarta Timur. Anggota DPRD Landak, seperti Wakil Ketua DPRD Landak Klemen Apui, ditambah anggota DPRD Landak lainnya, Cahya Tanus, Alidin, Markus Findang, Subarto Jamal, Sumadi Madot dan Minadinata.
Mempersilakan beberapa perwakilan warga untuk masuk di ruang sidang DPRD Landak.
Tidak lama waktu berjalan, beberapa menit kemudian perwakilan masyarakat Landak, memasuki ruang sidang. Sementara puluhan warga lainnya masih berorasi dan berterikan di pintu tangga masuk DPRD Landak. Aparat kepolisianpun ikut berjaga-jaga agar masyarakat tidak melakukan tindakan anarkis. Adi, salah seorang perwakilan warga, meminta kepada anggota DPRD Landak mau menyikapi dan mau mendengar keluhan-keluahan masyarakatnya. Apalagi saudara-saudara mereka yang ada di sekolah tersebut tidak bersalah.
”Tidak salahlah kami datang disini, meminta kepada Dewan, supaya aspirasi kami ini direspon dan ditandak lanjuti. Kita minta supaya oknum masyarakat ini segera ditindak sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” katanya.
Cahya Tanus anggota DPRD Landak melihat kejadian ini adalah murni oknum masyarakat, berlindung atas nama Islam. Dia ini sengaja mengacaukan persatuan yang sudah lama terbina antar umat beragama. “Kita tidak ingin hal-hal ini lebih jauh berkembang, makanya kami dari DPRD Landak, diminta oleh Pak Bupati Landak membuat satu sikap pernyataan. Kemudian sikap ini disampikan ke pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, untuk selanjutnya disampaikan ke Pemerintah Pusat. “Pernyataan sikap ini menitik beratkan meminta kepada pihak keamanan menindak tegas dan menangkap pelaku siapapun dia. Kita juga tidak ingin gara-gara agama, terjadi perselisan besar,” jelasnya.
Legislator dari PNBK ini juga menyatakan, bila dalam penyampaian aspirasi ada kata-kata yang kurang enak didengar atau emosi, dianggap tahap wajar. “Ndak mereka ndak kita, kalau ada keluarga yang terancam jiwanya, pastilah kita emosi. Untuk menyelesaikan masalah ini, percayakan kepada pemerintah dan pihak keamanan,” harapnya seraya mengatakan masalah ini juga jangan berlarut-larut, bila terjadi ada indikasi untuk memperparah situasi.
Dia menghimbau kepada semua pihak baik Muslim dan Kristiani untuk dapat saling menghargai, saling mau menerima kekurangan dan kelebihan.
Dalam dialog bersama itu, telah diputuskan perwakilan anggota DPRD Landak membuat satu sikap pernyataan, selanjutnya membawa hasil pernyataan di Pemerintah Provisni Kalbar. Kemudian Pemerintah Kabupaten Landak, memberikan bantuan 2 buah bus untuk membawa masyarakat Landak ke Pontianak ke kantor Gubernuran dan DPRD Kalbar, guna menyampaikan aspirasi yang sama. Ditambah 2 buah bus bantuan dari anggota DPRD Landak. Diperkirakan Selasa siang (hari ini, red), iringan masa sudah sanpai di Pontianak, menyampaikan aspirasi mereka secara damai, tanpa melakukan tindak anarkis.
Sementara itu Detikcom lebih lanjut mengambarkan, asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) dilempar bom molotov saat diserang oleh warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka.
“Mereka menyerang kedua asrama kita. Asrama putra di RT02 RW 04 dan asrama putri RT05 RW05. Kedua asrama tersebut rusak parah dan sempat dilempar bom molotov,” kata Humas SETIA, Senny Manafe kepada detikcom, Sabtu (26/7).
Menurut dia, penyerangan terjadi pada Selasa 25 Juli 2008 pukul 22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Warga melakukan penyerangan setelah menuding mahasiswa SETIA, Julius Coli, mencuri.
“Banyak yang luka-luka. Ada yang kepalanya bocor, ada yang kakinya kena luka bakar. Kita obati sendiri karena di sekolah juga ada organisasi perawatan,” ujar Senny.
Warga: Hanya Sekali Ledakan Bom Molotov
Pihak Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) mengklaim dua asrama mahasiswa dilempari bom molotov. Tapi hal itu dibantah oleh warga yang tinggal dekat di dekat kampus.
“Memang sempat dengar suara bom molotov sekali, tapi terus nggak ada lagi,” kata warga yang enggan disebutkan namanya itu di sekitar tempat tinggalnya, Kampung Pulo, Pinang Ranti, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Aksi itu, kata dia, tidak dilanjutkan karena takut mengenai rumah warga sendiri. “Takut nanti malah kena warga yang lain, jadi tidak dilanjutkan,” katanya.
Sebelumnya Humas SETIA Senny Manafe mengatakan selain melakukan pelemparan batu, massa juga melontarkan bom molotov ke arah asrama mahasiswa. Akibatnya ada mahasiswa yang mengalami luka bakar.
Humas STT: Tidak Benar Mahasiswa Kami Mencuri
Warga menuding mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia (STT) Injili Arastamar mencuri. Tudingan itu dibantah mentah-mentah oleh Humas STT Injil Arastamar, Senny Manafe.
“Penyerangan berawal dari anak kami dituduh mencuri di rumah orang. Padahal itu tidak benar. Kami sudah konfirmasi ke kepolisian dan sudah dicatat dalam BAP itu tidak benar,” kata Senny kepada detikcom di kantornya, Jalan Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Senny menceritakan, mahasiswa STT Julius Coli dituduh mencuri saat pulang makan pada Jumat 24 Juli 2008 pukul 21.00 WIB. Julius makan di warung, dekat asrama putra.
“Jadi dia waktu pulang makan di jalan ketemu tikus. Lalu dilempar dengan sandalnya. Lalu sandalnya masuk ke halaman rumah warga. Dia diteriaki maling ketika mau mengambil sandal itu. Lalu dipukuli massa,” papar Senny.
Dikatakan dia, Julius dibawa ke rumah Ketua RW dan kepolisian. “Tidak lama kemudian, terjadi penyerangan-penyerangan bahkan dibarengi dengan tindakan anarkis menggunakan bom molotov pukul 22.00 WIB hingga 03.00 WIB,” ujarnya. Senny meminta dugaan pencurian yang melibatkan mahasiwa diusut. “Kami minta anak kami yang dituduh mencuri diproses secara hukum yang benar. Kami juga minta agar aparat menindak orang-orang yang melakukan penyerangan. Saya yakin ada provokatiornya ini,” kata Senny.
Polda Metro Jaya hingga Polsek Siaga
Terjadi tawuran di Jalan Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Tawuran antar warga dan mahasiswa kampus di daerah itu membuat jajaran Polda Metro Jaya hingga jajaran polsek di bawah Polres Jakarta Timur siaga.
Menurut petugas Polsektro Kampung Makasar Aiptu Edi yang dihubungi detikcom, Sabtu (26/7) tawuran itu terjadi pukul 00.00 WIB dini hari. Tawuran terjadi antara warga Kampung Pulo dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologia Injili Arastamar yang terletak di Jalan Kampung Pulo.
“Kita belum tahu masalahnya. Semua anggota polsek, Polres (Polres Jakarta Timur) hingga Polda Metro disiagakan di sana sekarang,” ujar Edi.
Tawuran kemarin, ujar Edi, tidak sampai menimbulkan korban. Hingga pukul 07.30 WIB, imbuh Edi, kondisi bisa dikendalikan.
Massa Mencair, Seratusan Polisi Masih Bersiaga
Ketegangan di Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, mulai mereda. Namun demikian, seratusan polisi masih tetap disiagakan.
Pantauan detikcom, Sabtu (26/7) pukul 09.35 WIB, seratusan personel polisi itu masih berjaga-jaga di sekitar lokasi tawuran, tepatnya di depan Sekolah Tinggi Theologia Injili Arastamar, yang berada di Gang Melati.
Suasana di lokasi tersebut tidak lagi menegangkan. Sebagian besar personel polisi terlihat duduk-duduk santai. Beberapa perlengkapan mereka seperti tameng dan helm digeletakkan atau disandarkan di bahu jalan.
Ratusan warga setempat yang sebelumnya memadati lokasi tersebut mulai mencair. Sejumlah kendaraan juga sudah berani melintas.
Di dalam kampus Sekolah Tinggi Theologi tersebut terlihat sejumlah mahasiswa. Mereka terlihat berdiri dan berjalan-jalan di dalam kampus yang terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang sekolah tinggi itu tertutup rapat.
Hingga saat ini, masih belum jelas latar belakang penyebab ketegangan di tempat tersebut.
Polisi: Tidak Ada Korban
Asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) diserang warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Namun tidak ada korban dalam peristiwa itu.
“Nggak ada korban,” kata Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Hasanuddin di lokasi kejadian, Sabtu (26/7).
Sebelumnya pihak kampus SETIA mengklaim sejumlah mahasiswa mengalami luka-luka baik ringan maupun cukup berat. Para mahasiswa itu terluka setelah asrama putra dan putri kampus itu diserang dan dilempari bom molotov.
Menurut keterangan pihak kampus, penyerangan terjadi Selasa 25 Juli 2008 pukul 22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Warga melakukan penyerangan setelah menuding mahasiswa SETIA, Julius Coli, mencuri.
Polisi Belum Tetapkan Tersangka
Polres Jakarta Timur belum menetapkan tersangka menyusul tawuran warga dengan mahasiwa Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA). 1 Orang yang diduga sebagai pencuri diperiksa.
“Yang bersangkutan belum kita tetapkan sebagai tersangka. Identitasnya juga masih kita dalami,” kata Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Hasanuddin di depan kampus SETIA, Kampung Pulo, Pinang Ranti, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Menurut dia, kepolisian telah melakukan pendekatan baik dengan masyarakat maupun dengan pihak kampus SETIA. “Kita nanti akan mengadakan pertemuan lagi untuk membicarakan bagaimana menjaga ketenangan masyarakat,” ujar dia.
Warga menuding mahasiswa SETIA mencuri. Warga pun menyerang kampus dan asrama putra maupun asrama putri pada Jumat 25 Juli 2008.
Warga & Mahasiswa SETIA Sepakat Cooling Down
Pertemuan perwakilan warga Kampung Pulo dengan pihak kampus Sekolah Tinggi Theologi Injili Arastamar (SETIA) membuahkan hasil. Warga dan mahasiswa sepakat menahan diri.
“Kita cooling down dulu untuk menghindari dampak buruk dari kejadian ini. Kita minta semua pihak untuk menahan diri,” kata Camat Makasar, Eric PZ Lumbun, usai pertemuan di kantor camat, Kampung Pulo, Pinang Rianti, Makasar, Jakarta Timur, Sabtu (26/7).
Eric menegaskan tidak ada masalah SARA dalam tawuran tersebut. “Yang ada hanya masalah kesalahpahaman sedikit. Hanya masalah internal,” ujarnya.
Sementara itu, Bayu, salah seorang perwakilan dari SETIA mengatakan, akan ada pembicaraan di tingkat walikota Jakarta Timur guna mendengarkan tuntutan warga Kampung Pulo yang keberatan atas keberadaan kampus SETIA.
“Tentunya kami tidak bisa serta merta pergi begitu saja rarus ada kompensasinya. Nanti juga akan dibicarakan siapa yang akan memberi kompensasi itu. Apakah pemerintah akan membeli aset-aset kami. Yang akan koordinir camat,” kata Bayu.
Sedangkan perwakilan warga menolak komentar. Mereka langsung pergi meninggalkan kantor camat. (wan/detikcom)
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Warga Landak Peduli Kasus SETIA"


Powered by www.tvone.co.id