Ngabang – Dapat di prediksikan kondisi semua sungai dan sebagian kawasan hutan yang ada di Kabupaten Landak memang sudah mengalami perubahan sehingga dengan kondisi tersebut akibatnya sudah tidak dapat di pergunakan lagi terutama air sungai yang menjadi kebutuhan sehari-hari
bagi masyarakat di daerah yang ada di kawasan pertambangan. “Saya rasa
semua orang melihat bagaimana kondisi yang ada terutama sungai. Lagi
pula untuk saat ini sudah tidak ada yang bisa kita banggakan lagi.
Karena untuk mengembalikan kondisi tersebut seperti semula itu sudah
tidak mungkin,” kata A.Mulianto kepada Kapuas Post sabtu pekan lalu.
Apalagi seperti kawasan Cagar Alam yang berada di Mandor, beberapa puluh
tahun yang lalu dapat menjadi kebanggaan masyarakat bahkan Kalbar namun, sekarang sudah berubah menjadi lapangan tandus yang hanya menyisakan genangan air yang tidak dapat memberikan mempaat lagi. Belum lagi melihat kondisi Taman Makan Juang yang juga berada di Mandor yang
seharusnya dapat menyedot dan memberikan kontribusi pada daerah
khususnya di Kabupaten Landak ternyata sekarang sudah berubah juga
menjadi hamparan pasir akibat limbah pertambangan yang meraja lela
beberapa tahun lalu tanpa ada tindakan dari siapapun termasuklah dari
dinas terkait seperti Dinas Pertambangan. “ Kalau kita mau jujur
sebenarnya yang mengatur semua kegiatan kita di satu Negara itukan ada
Undang-undang serta peraturan yang sudah di buat oleh pemerintah bersama
lembaga yang terkait. Sehingga dalam melakukan UU maupun peraturan itu
ada Instansi atau lembaga sesuai dengan tupoksinya masing-masing dan
mereka harus tegas karena mereka menjalani UU dan peraturan,” tegasnya.
Namun karena akibat dari ketidak tegasan dari Instansi yang terkait
khususnya yang membidangi hal ini, maka berakibat pada hilangnya Aset –
asset yang bisa menjadi andalan parawisata seperti makam juag yang
berada di mandor.
Belum lagi melihat dari mempaat yang berikan pada masyarakat terutama
kebutuhan air bagi masyarakat yang masih memempaatkan air sungai
ternyata sekarang sudah berubah menjadi penderitaan karena air yang ada
sudah tidak dapat di pungsikan lagi.
Untuk itu katanya, dalam rangka melestarikan baik kawasan hutan maupun sungai yang masih utuh atau merupakan sisa-sisa yang belum tersentuh oleh kegiatan PETI
(Pertambangan Emas Tanpa Ijin).
Ia berharap harus ada ketegasan dari Pemda khususnya dari instansi yang terkait. Apalagi sampai sekarang kegiatan tersebut masih juga berlangsung marak, yang terbukti dengan kondisi air sungai yang baru-baru ini belum tercemar ternyata sekarang sudah berubah menjadi air Lumpur yang sangat kental.
“Saya mengharapkan Instansi yang membidangi hal ini harus segera
mengambil tindakan. Karena kawasan yang dulu belum tersentuh saat ini
sudah menjadi sasaran mereka. Dan kalau saja hal ini tidak segera di
atasi maka kedepannya kawasan yang ada di daerah ini akan tidak tersisa
lagi. Dan ini bukan hanya melihat kondisi hutannya saja tetapi yang
lebih mengkwatirkan adalah efek dari kegiatan tersebut seperti bencana
alam yang akan di timbulkan,” ungkapnya.
Diungkapkannya, kalau hanya mengharapkan kesadaran dari oknum-oknum tersebut tentu saja akan sangat mustahil sekali akan terjadi tanpa ada
ketegasan yang bisa menimbulkan epek jera pada sipelaku. Kendati yang
melakukan hal tersebut sebenarnya bukan masyarakat secara keseluruhan
bahkan masyarakat yang berada pada sekitar kawasan tersebut juga sangat
merasa menderita akibat dari ulah oknum tersebut. sehingga kalau ada
upaya penertiban dari Pemda yang bekerja sama dengan masyarakat maka
upaya tersebut akan dapat tercapai. karena seraya merasa yakin
masyarakat akan sangat mendukung bahkan siap turun lapangan.
Tetapi kalau saja dari instansi yang membidangi hal ini tidak tegas
bahkan tidak turn juag tidak maka apapun harapan dari masyarakat tentu
tidak akan tercapai. Bahkan kondisi yang ada seperti PETI maupun
pengerusakan lingkungan yang ada sekarang akan semakin tumbuh menjadi
subur dan bisa jadi akan bertambah bak jamur di musim penghujan. “kalau
sudah seperti ini apalagi yang akan kita harapkan pada masa-masa
mendatang. Semuanya sudah tinggal puing-puing yang tidak bermempaat dan
harus berapa puluh tahun harus menunggu supaya kondisinya pulih,”
ungkapnya.
Dengan realita yang ada sekarang, maka seraya berharap bukan hanya pada
Pemda atau dinas terkait tetapi juga kepada seluruh elemen yang ada di
daerah ini supaya dapat memikirkan masa depan atau keberadaan lingkungan
yang ada di daerah ini. Karena kalau tanpa kerja sama yang baik usaha
apapun pasti tidak akan tercapai. Namun bukan hanya sebatas di pikirkan
saja tetapi harus ada tindakan dari Pemda yang harus melibatkan
masyarakat karena hanya dengan hal demikian maka upaya penyelamatan
kondisi lingkungan yang ada akan dapat berhasil.
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to "Akibat Kurang Peduli Sungai Dan Hutan di Landak Hancur"


Powered by www.tvone.co.id