09.16 Diposting oleh HERI IRAWAN
Dampak Perubahan Iklam Global Bagi Masyarajat Adat di Kalbar (2)
* Perlu Adanya Penanganan Serius Iklim Global, Bila Tidak Masyarakat Adat Akan Tetap Miskin
AKIBAT curah hujan yang tinggi yang disertai dengan intensitas yang tinggi, menyebabkan banjir dan erosi. Daerah perhuluan sungai Kapuas (800 km dari tepi laut), tidak pernah banjir sebelumnya, namun dalam 5 tahun terakhir ini setiap tahunnya banjir. Demikian pula daerah Aliran Sungai Sambas dan daerah aliran sungai lainnya. Akibat banjir ini prasarana jalan raya rusak dibanyak tempat.
KAWASAN perkotaan seperti Pontianak setiap tahun banjir dan merusak prasarana yang ada seperti telepon dan air bersih. Dengan demikian perubahan iklim global menyebabkan pembiayaan pembangunan meningkat. Penderita penyakit seperti beri-beri, Typus, Cholera, Dysentri, demam berdarah meningkat. Di banyak kampung yang mengalami kekeringan lama di musim kemarau dan musim banjir penduduknya menderita penyakit TCD, sedangkan dimusim hujan yang menyebabkan kawasan pemukiman selalu tergenang air menyebabkan mewabahnya penyakit Demam berdarah.
Kesinambungan Pelayanan Alam telah berkurang seiring terjadinya perubahan iklim global yang ditandai oleh tidak menentunya volume sumber-sumber air, hal ini mendorong bahkan memperluas kemiskinan rakyat khususnya di kampung karena selain produktivitas pertanian yang rendah juga mengalami penderitaan akibat berbagai penyakit, dan ini merupakan ancaman jangka panjang. Eksistensi masyarakat Masyarakat Adat akan hilang karena alam tidak mampu melayani kehidupannya. Contoh nyatanya adalah serangan wabah hama belalang melanda sebagian besar pulau Kalimantan. “Wabah ini disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim mikro yang sangat signifikan di Kalimantan karena hutan-hutan sudah banyak yang hilang,” ungkap Yohanes Supriadi. Bagi ekosistem Kalimantan Hutan adalah jantung dan napas kehidupan, sedangkan bagi Masyarakat Adat hutan merupakan guru, kehidupan dan apotik hidup bagi Masyarakat Adat (Bosco, 2004). Dari hutan Masyarakat Adat belajar tentang adat dan belajar berdamai dengan alam. Hutan juga merupakan kehidupan bagi Masyarakat Adat, karena hutan merupakan sumber nafkah. Selain itu hutan juga merupakan apotik, karena didalam hutan banyak terdapat tumbuhan yang dapat dijadikan obat dikala Masyarakat Adat sakit. Kini sandaran kehidupan Masyarakat Adat mendekati kepunahan. Hutan yang hilang dan telah terjadinya perubahan iklim global memicu berbagai wabah alam yang semakin mempersulit kehidupan masyarakat adat.
Produktivitas Petani Masyarakat Adat, tidak pernah beranjak dari kedudukannya yang sangat rendah untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraannya sendiri. Bertentangan dengan penjelasan yang menyesatkan bahwa produktivitas kerja adalah cerminan sederhana dari tingkat teknologi dan efisiensi produksi. Rendahnya produktivitas petani Masyarakat Adat merupakan akibat dari telah berubahnya iklim secara signifikan disamping kebijakan-kebijakan Negara yang melakukan penekanan sistematis atas nilai tukar produk petani, pengurangan atau penghapusan subsidi input produksi, politik pengembangan wilayah dan sarananya yang diskriminatif terhadap bentuk-bentuk traditional hak dan kuasa rakyat atas tanah serta terhadap kemampuan lokal untuk menghasilkan bahan pangan. “Selama penanganan perubahan iklim global tidak ditangani serius dan politik produktivitas Pertanian tidak mendorong naiknya nilai kerja tani dan produk tani, dan selama pemerintah tidak menerapkan syarat perlindungan pada rakyat dari pengambilalihan untuk fungsi non pertanian dan kepentingan perusahaan besar, maka Masyarakat Masyarakat Adat akan tetap miskin,” beber Sekjen PAKAT Landak ini.
Sebelumnya, Masyarakat Adat terkenal sebagai manusia yang mencintai perdamaiaan. Hal ini terungkap dalam beberapa pribahasa yang mengungkapkan keariban local seperti; “ tidak mati ular mencuruk akar akar, kalau berpergian jangan membawa ayam jantan tetapi bawalah ayam betina. Namun karena dihimpit oleh permasalahan yang bertubi-tubi ditambah dengan alam yang semakin panas, membuat orang Masyarakat Adat berubah menjadi manusia yang tempramental dan emosional. Hal ini membentuk karakter kekerasan dalam diri Masyarakat Adat. (bersambung)
You can leave a response, or trackback from your own site.

0 Response to " "


Powered by www.tvone.co.id